Saturday 16 July 2011

PEMUDA DI SEPANJANG LIPATAN SEJARAH


Di dalam al Qur’an Surah al A’raaf, ayat 2, Allah SWT telah berfirman:

”(Al Qur’an) adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu (Muhammad). Oleh itu janganlah ada sesuatu perasaan kesulitan terhadapnya di dalam dadamu supaya dengan perantaraannya engkau dapat menyampaikan amaran (kepada manusia) dan supaya menjadi peringatan kepada orang-orang yang beriman

Asy Syahid Sayyid Qutb dalam tafsirnya telah menjelaskan ayat ini dengan menulis:

`Al Qur’an diturunkan kepadamu dengan tujuan untuk memberikan amaran dan peringatan.  Ia adalah sebuah kitab Ilahi untuk menjelaskan segala hakikat yang benar dan demi menghadapi manusia dengan hakikat-hakikat yang tidak disukai mereka, dan seterusnya untuk mencabar kepercayaan-kepercayaan tradisi, bentuk-bentuk perhubungan yang diadakan manusia dan menentang undang-undang, peraturan-peraturan dan sistem-sistem masyarakat manusia.  Oleh sebab itu jalan perjuangan al Qur’an banyak menghadapi kesulitan.  Kesukaran berdakwah dengan al Qur’an untuk menyampaikan  amaran dan peringatan merupakan suatu realiti yang berdiri teguh.    

 

KENAPA PEMUDA?


Ketika khalifah Umar bin Abdul Aziz bertahta, telah datang beberapa utusan Hijaz, salah satunya terdapat seorang pemuda yang usianya paling muda di antara mereka. Umar berkata, "Wahai pemuda saya berharap yang menjadi juru bicara adalah orang yang lebih tua umurnya darimu".

Mendengar ucapan seperti itu pemuda tersebut berdiri dan berkata,"Wahai Amirul Mu'minin, Sesungguhnya seseorang itu dikarenakan dua hal yang paling kecil padanya, yaitu hati dan lisannya. Jika Allah telah menjaga hatinya (dari maksiat) dan memberikan lisan yang anggun (sopan), maka dia berhak untuk berbicara. Dan seandainya segala perkara dikarenakan oleh usia seseorang, maka yang berhak untuk duduk dalam jabatanmu adalah orang yang lebih tua darimu."

Mendengar ucapan tersebut, terkejutlah Umar atas kebenaran yang yang dikemukakan oleh pemuda itu. Sejak jaman dahulu kala, bahkan jauh sebelum Islam muncul di muka bumi ini, para Nabi dan Rasul yang diutus untuk menyampaikan wahyu Allah SWT dan syari'at-Nya kepada umat manusia, semuanya adalah orang-orang terpilih dari kalangan pemuda yang berusia sekitar empat puluhan. Bahkan ada di antaranya yang diberi kemampuan untuk berdebat dan berdialog sebelum umurnya genap 18 tahun. Berkata Ibnu Abbas ra,

"Tidak ada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah, melainkan ia (dipilih) dari kalangan pemuda saja (yakni antara 30 - 40 tahun). Begitu pula tidak seorang 'alimpun yang diberi ilmu melainkan ia (hanya) dari kalangan pemuda saja".


PEMUDA DI ZAMAN SEBELUM RASULULLAH


Nabi Ibrahim


Kemudian Ibnu Abbas membaca firman Allah SWT, "Mereka berkata : Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim."

"Tidak ada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah, melainkan ia (dipilih) dari kalangan pemuda saja (yakni antara 30 - 40 tahun). Begitu pula tidak seorang 'alimpun yang diberi ilmu melainkan ia (hanya) dari kalangan pemuda saja".

Kemudian Ibnu Abbas membaca firman Allah SWT, "Mereka berkata : Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." (2)

Tentang Nabi Ibrahim, Al Qur'an lebih jauh menceritakan bahwa beliau telah berdebat dengan kaumnya, menentang peribadatan mereka kepada patung-patung yang sama sekali tidak memberi manfaat dan mendatangkan mudharat. Saat itu beliau belum dewasa, seperti yang tertera dalam firman Allah SWT,

"Sesungguhnya, Kami telah memberikan kepandaian     pada Ibrahim sejak dahulu (sebelum mencapai masa remajanya) dan Kami kenal kemahirannya. Ketika dia berkata kepada bapak  dan kaumnya : 'Patung-patung apakah ini, yang selalu kalian     sembah ?' Mereka berkata : 'Kami dapati bapak-bapak kami menyembahnya.' Dia berkata : 'Sungguh kalian dan bapak-bapak kalian itu dalam kesesatan yang nyata'. Mereka menjawab : 'Apakah engkau membawa kebenaran kepada kami, ataukah engkau seorang yang bermain-main saja?' Dia berkata : 'Tidak,  Tuhanmu adalah yang memiliki langit dan bumi yang diciptakan oleh-Nya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu'". (QS Al Anbiyaa : 51-56)

Pemuda al Kahfi


Perlu digarisbawahi di sini, bahwa para Nabi as telah diutus untuk mengubah keadaan saja, sehingga setiap Nabi yang diutus adalah orang-orang terpilih dan hanya dari kalangan pemuda (Syabab) saja. Bahkan kebanyakan pengikut mereka adalah dari kalangan pemuda juga, meskipun tentu saja ada yang sudah tua atau bahkan masih anak-anak. Kita ingat misalnya Ashabul Kahfi, yang tergolong sebagai pengikut Nabi Isa as. Mereka ini adalah sekelompok anak-anak usia muda yang menolak kembali ke agama nenek moyang mereka dan menolak menyembah selain Allah SWT. Oleh karena jumlahnya sedikit, tujuh orang di antara sekian banyak masyarakat yang menyembah berhala-berhala, maka mereka pun bermufakat untuk mengasingkan diri dari masyarakat dan berlindung dalam suatu gua. Fakta sejarah ini diperkuat oleh Al Qur'an, yang dikisahkan dalam QS Al Kahfi : 9-26, di antaranya,

"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari  tempat perlindungan lalu berdoa : 'Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan tolonglah kami dalam menempuh langkah yang tepat dalam urusan (ini)' " (ayat 10)

"Kami ceritakan kisah mereka kepadamu dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka (Sang Pencipta), dan Kami berikan kepada mereka tambahan pimpinan (iman, taqwa, ketetapan hati dan sebagainya)"" (ayat 13)


PEMUDA DI ZAMAN RASULLLAH


Nabi Muhammad SAW ketika diangkat menjadi Rasul berumur empat puluh tahun. Pengikut beliau yang merupakan generasi pertama,kebanyakan merupakan golongan pemuda-pemudi malahan ada yang masih kanak-kanak. Mereka dibina oleh Rasullullah setiap hari di Darul Arqam. Diantaranya adalah Ali bin Abi Talib dan Zubair bin Awwam, yang paling muda, kedua-duanya berumur 8 tahun, Thalhah bin Ubaidillah (11), al-Arqam bin Abi Al-Arqam (12) Abdullah bin Mas'ud (14), yang akhirnya menjadi salah seorang ahli tafsir terkemuka, Saad bin Abi Waqqash (17), yang kemudiannya menjadi panglima perang Al-Qhadhisiah melawan kuasa besar Persia, Jaafar bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritsah (20), Mush'ab bin Umair (24), Umar bin Khattab (26), Abu Bakar ash Siddiq (37), Hamzah bin Abdul Muthalib (42), Ubaidah bin Al Harits yang paling tua diantara para sahabat, berusia 50 tahun.

Bukan hanya mereka saja yang dari kalangan pemuda, akan tetapi ratusan ribu lainnya yang memperjuangkan dakwah Islam, pembawa panji-panji Islam serta pemimpin bala tentera Islam di masa Nabi ataupun sesudahnya, mereka seluruhnya dari kalangan pemuda, bahkan remaja yang belum atau baru dewasa. Adalah Usamah bin Zaid yang diangkat oleh Nabi sebagai komandan untuk memimpin pasukan kaum muslimin menyerbu wilayah Syam, yang saat itu merupakan salah satu wilayah kerajaan Romawi. Masih ingat usia beliau saat itu? Ya, delapan belas tahun. Padahal di antara prajuritnya terdapat orang yang lebih tua dari Usamah, seperti : Abu Bakar, Umar bin Khaththab dan lain-lain. Abdullah Ibnu Umar tak kalah juga hebatnya, semangat juang untuk berperang mulai memanaskan jiwanya sejak usia 13 tahun. Ketika itu Rasulullah SAW sedang mempersiapkan barisan pasukan pada perang Badar. Dua pemuda kecil datang menghampiri beliau, seraya meminta agar diterima menjadi prajurit. Tak salah lagi, dua pemuda kecil tersebut adalah Abdullah bin Umar dan Al Barra'. Saat itu Rasulullah saw menolak mereka. Tahun berikutnya pada perang Uhud, keduanya datang lagi, tetapi yang diterima hanya Al Barra'. Dan pada perang Al Ahzab barulah Nabi menerima Ibnu Umar sebagai anggota pasukan kaum muslimin. (3)

Melalui para pemuda seperti inilah, Islam berhasil menyingkirkan segala macam kekuatan. Ada satu peristiwa yang sangat menarik sekali untuk direnungkan para pemuda zaman ini. Peristiwa ini selengkapnya diceritakan oleh Abdurrahman bin 'Auf,

"Selagi aku berdiri di dalam barisan dalam perang Badar, aku melihat ke kanan dan kiriku, saat itu tampaklah olehku dua orang Anshar yang masih muda belia. Aku berharap semoga aku lebih kuat daripadanya. Tiba-tiba salah seorang di antaranya menekanku seraya berkata : 'Hai paman, apakah engkau mengenal Abu Jahal ?'

Aku jawab : 'Ya, apakah keperluanmu padanya, hai anak saudaraku?'

Dia menjawab : 'Ada seseorang yang memberitahuku bahwa Abu Jahal ini sering mencela Rasulullah SAW. Demi (Allah) yang jiwaku ada di tangan-Nya jika aku menjumpainya tentu takkan kulepaskan dia sampai siapa yang terlebih dahulu mati, antara aku atau dia!

'Berkata Abdurrahman bin 'Auf : 'Aku merasa heran ketika mendengar ucapan anak muda itu.'Kemudian anak yang satunya lagi itupun menekanku dan berkata seperti ucapan temannya tadi. Tidak lama berselang akupun melihat Abu Jahal mondar-mandir di dalam barisannya, segera aku katakan (kepada dua anak muda itu),

'Inilah orang yang sedang kalian cari.' Tanpa mengulur-ulur waktu, keduanya seketika menyerang Abu Jahal, menikamnya dengan pedang sampai tewas. Setelah itu merekapun menghampiri Rasulullah SAW (dengan rasa bangga) melaporkan kejadian itu. Rasulullah bertanya, 'Siapakah di antara kalian yang menewaskannya?'


Masing-masing menjawab, 'Sayalah yang membunuhnya.' Lalu Rasulullah bertanya lagi, ' Apakah kalian sudah membersihkan matapedang kalian?' 'Belum', jawab mereka serentak. Rasulullah pun kemudian melihat pedang mereka, seraya bersabda, 'Kamu berduatelah membunuhnya. Akan tetapi segala pakaian dan senjata yangdipakai Abu Jahal (boleh) dimiliki Mu'adz bin Al Jamuh'. (Berkataperawi hadits ini) : Bahwa kedua pemuda itu adalah Mu'adz bin'Afra dan Mu'adz bin 'Amru bin Al Jamuh."

 




PEMUDA DI ZAMAN SELEPAS GENERASI AL QUR’AN


Sultan Muhammad al Fatih

Telah dilantik menjadi Sultan pada usia 21 tahun dan berjaya membebaskan Constantinople pada usia 21 tahun. 

ZAMAN KINI

Hasan al Banna

Syeikh Ahmad Yasin

Al Muhandis Yahya Ayash  


APA YANG DIPERLUKAN DARI PEMUDA KINI?

0 comments:

Post a Comment

Followers