Tuesday 26 April 2011

Tauhid (Part 3)

Tauhid

Tauhid adalah pecahan dari kata wahid. Dikatakan Wahhid Syaia artinya jadikan dan ikatlah ia menjadi satu. Sedang Tauhid (mengesakan) Allah adalah dengan meyakini akan keesaan Allah dalam Rububiyah (penciptaan, Pemeliharaan, Pemilikan), nama-nama dan sifat-Nya serta meyakini bahwa Allah adalah Rabb yang merajai yang berhak untuk diibadahi. Maka tauhid adalah mengesakan Allah dengan segala apa yang menjadi spesifik (kekhususan) Nya dari ibadah qauliyah maupun fi’liyah. Ia merupakan dasar Islam. Dari dasar tersebut terpancar seluruh aturan, hukum, perintah dan larangan-Nya.

Pembagian Tauhid

1-    Tauhid Rububiyah
Yaitu meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Pencipta hamba dan Pemberi rizki mereka, yang Menghidupkan dan Mematikan mereka. Atau kita katakan : Mengesakan Allah dengan perbuatan-Nya, seperti meyakini bahwa Allah adalah Al-Kholiq (Maha Pencipta) dan Ar Raziq (Maha Pemberi rizki).
Keyakinan ini juga diakui kaum musyrikin lampau serta seluruh  pemeluk agama dari yahudi, nashoro, shabiin (penyembah bintang) dan majusi. Tidak ada yang mengingkari tauhid ini selain kaum Dahriyah yang lampau (di zaman kita, Kaum atheis)
Dalil Tauhid Rububiyah:
Dikatakan kepada mereka yang mengingkari Rabb Yang Maha Mulia: Bahwa siapa yang memiliki akal yang sehat tidak akan menerima suatu bekas tanpa ada yang meninggalkannya, perbuatan tanpa ada yang berbuat, ciptaan tanpa ada yang menciptakan.
Diantara perkara yang tidak diperselisihkan apabila anda melihat sebuah jarum anda yakin bahwa jarum tersebut ada pembuatnya. Maka bagaimana halnya dengan alam yang agung ini yang mengherankan akal dan membuat bingung pikiran telah ada tanpa ada yang mengadakan?! Teratur tanpa ada yang mengatur. Semua apa yang ada di dalamnya dari bintang-bintang, awan, kilat, petir, daratan dan lautan, malam dan siang, gelap dan terang, pohon-pohon dan bunga-bunga, jin dan manusia hingga berbagai macam yang tidak bisa lagi dihitung oleh bilangan telah ada tanpa ada yang mengadakan yang mengeluarkannya dari sebelumnya tidak ada! Ya  Allah ini tidak dikatakan orang yang masih memiliki sedikit akal dan seberat atom pemahaman.
Intinya, bukti-bukti atas rububiyah Allah tidak bisa dibilang. Maha benar Allah tatkala berfirman:
}أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ{ (35) سورة الطور
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu ataukah mereka sendiri yang menciptakan (Ath Thur :35)
Dan Firman-Nya :
}اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ{(62) سورة الزمر
Allah Pencipta segala sesuatu sedang Dia Maha Mengurus segala sesuatu (Az Zumar : 62)
Diantara dali-dalil akal apa yang dikisahkan dari Imam Abi Hanifah semoga Allah merahmatinya: Sesungguhnya ada suatu kaum ahli kalam yang menginginkan pembahasan dengannya dalam rangka menetapkan tauhid rububiyah. Maka Abu Hanifah berkata kepada  mereka: sebelum kita membicarakan tentang persoalan ini beritahukan kepadaku tentang suatu bahtera di lautan dimana bahtera itu pergi memenuhi makanan, barang-barang dan yang lain dengan sendiri lalu berlabuh dengan sendiri dan menurunkan barang-barang dan kembali. Semua itu tanpa ada seorangpun yang mengatur?! Mereka lalu mengatakan : ini suatu yang mustahi dan tidak akan mungkin terjadi selamanya! Maka Abu Hanifah berkata kepada mereka: Jika hal ini mustahil terjadi pada suatu bahtera lantas bagaimana halnya dengan alam semesta ini seluruhnya, yang atas maupun yang bawah!! (kisah ini juga diceritakan dari selain Abu Hanifah)

Dalil pengakuan kaum musyrikin terhadap tauhid rububiyah:
Allah Ta’ala berfirman:
}وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْلَمُونَ{(25) سورة لقمان
 Jika kalian tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi niscaya mereka menyatakan Allah. Katakanlah segala puji bagi Allah akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (Luqman:25)
Firman Allah Ta’ala:
}قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ والأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيَّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللّهُ فَقُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ(31)فَذَلِكُمُ اللّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلاَّ الضَّلاَلُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ{(32) سورة يونس
 Katakanlah siapakah yang melimpahkan rizki kepada kalian dari langit dan bumi atau siapakah yang memiliki pendengaran dan penglihatan dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan. Niscaya mereka mengatakan Allah. Maka katakanlah tidakkah kalian mau bertaqwa. Itulah Allah Rabb kalian yang hak. Maka tidaklah setelah hak itu melainkan kesesatan. Maka bagaimana kalian dipalingkan (Yunus:31-32)
}وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ{(9) سورة الزخرف
Firman Allah Ta’ala: Jika kalian tanyakan kepada mereka siapakah gerangan yang telah meanciptakan langit dan bumi niscaya mereka menyatakan semua itu diciptakan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (Az Zukhruf:9)

Catatan:
Tauhid Rububiyah belum bisa memasukkan manusia ke dalam agama Islam melainkan jika menyertakan pula tauhid uluhiyah.


2-    Tauhid Uluhiyah
Tauhid ini disebut pula tauhid ibadah. Yaitu mengesakan Allah dengan ibadah. Sebab Dialah yang berhak untuk diibadahi bukan selain-Nya sekalipun tinggi derajat dan kedudukannya.
Ia mearupakan tauhid yang dibawa para Rasul ke umat-umat mereka. Sebab para rasul –‘alaihissalam- datang dengan menetapkan tauhid rububiyah yang diyakini umat mereka lalu menyeru mereka kepada tauhid uluhiyah sebagaimana yang diberitakan Allah tentang mereka dalam kitab-Nya yang mulia.
Allah Ta’ala berfirman mengisahkan Nuh as:
}وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌ (25) أَن لاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ اللّهَ إِنِّيَ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍ { (26) سورة هود
Dan telah Kami utus Nuh kepada kaumnya (seraya mengatakan) sesungguhnya aku pemberi peringatan yang nyata bagi kalian. Janganlah kalian meanyembah melainkan kepada Allah sesungguhnya aku takut atas kalian akan azab pada hari yang sangat pedih (Hud : 25-26)
Allah Ta’ala berfirman mengisahkan tentang Musa as ketika berdebat dengan Fir’aun:
}قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ (23) قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إن كُنتُم مُّوقِنِينَ { سورة الشعراء
 Firaun berkata siapakah Rabb alam semesta? Musa berkata: Rabb langit dan bumi serta antara keduanya jika kalian kaum yang yakin (Asy Syuara:23-24)

Allah Ta’ala berfirman mengisahkan tentang Isa as :
 }إِنَّ اللّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ{ (51) سورة آل عمران
Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rab kalian maka sembahlah Dia oleh kalian. Inilah jalan yang lurus. (Ali Imron : 51) 
Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW untuk meanyatakan kepada ahli kitab:
}قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْاْ إِلَى كَلَمَةٍ سَوَاء بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضاً أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللّهِ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُولُواْ اشْهَدُواْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ{(64) سورة آل عمران
 Katakanlah wahai ahli kitab kemarilah kepada suatu kata sepakat antara kami dengan kalian hendaklah kita tidak menyembah melainkan kepada Allah dan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya dan sebagian kita tidak menjadikan sebagian lain sebagai sesembahan-sesembahan yang ditaati selain Allah. Jika kalian berpaling maka katakanlah saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri (Ali Imron :64)
Allah Ta’ala berfirman menyeru semua manusia:
}يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ{(21) سورة البقرة
Wahai manusia sembahlah oleh kalian Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian supaya kalian bertaqwa (Al Baqarah:21)
Intinya: Seluruh rasul diutus dalam rangka tauhid uluhiyah dan menyeru kaumnya kepada mengesakan Allah dengan ibadah dan menjauhi menyembah taghut dan berhala. Sebagaimana Allah berfirman:
}وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ { (36) سورة النحل
Dan telah Kami utus  pada setiap umat seorang rasul (yang menyeru ) sembahlah oleh kalian Allah dan jauhilah taghut (An nahl:36)
Dan telah diperdengarkan dakwah/seruan rasul kepada kaumnya.

Maka pertama kali yang mengetuk pendengaran kaumnya: Dia berkata:
}قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلاَ تَتَّقُون{(65) سورة الأعراف
 Wahai kaumku sembahlah oleh kalian Allah tidak ada bagi kalian Ilah selain-Nya. Tidakkah kalian mau bertaqwa (Al A’raf:65)

Tafsir Ibadah

Ibadah secara bahasa maknanya: merendakan diri dan tunduk patuh. Dikatakan thoriq mu’abbad yaitu jalan rendah/mulus (biasa dilewati).
Secara syar’i, makna ibadah  adalah sebagaimana yang dikatakan syaikhul Islam yaitu taat kepada Allah dengan melaksanakan apa yang Allah perintahkan berdasarkan sunnah rasul. Beliau juga berkata: Ibadah merupakan sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah berupa amal, perkataan dan perbuatan yang lahir dan batin. Seorang muslim haruslah mengesakan Rabbnya dengan seluruh macam ibadah dengan mengikhlaskan semata-mata karena Allah serta melaksanakannya sesuai yang dicontohkan Rasulullah saw baik perkataan dan perbuatan.

Ibadah mencakup macam-macam berikut:
Ketauhilah bahwa ibadah mencakup sholat, thowaf, haji, puasa, nadzar, iktikaf, menyembelih kurban, sujud, rukuk, takut, harap-harap cemas, khosyah (takut disertai pengagungan) tawakal, minta pertolongan, berharap (roja’) serta berbagai macam ibadah yang lain yang disyariatkan Allah dalam Al Qur’an yang mulia atau disyariatkan oleh Rasulullah saw dengan sunnah sahihah baik berbentuk perkataan dan perbuatan. Maka barangsiapa yang memalingkan sedikitpun dari ibadah tersebut kepada selain Allah ia telah berbuat syirik. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
}وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الْكَافِرُون   {(117) سورة المؤمنون
Dan barangsiapa menyeru Ilah lain bersama Allah yang tidak ia punyai buktinya yang terang tentangnya maka sesungguhnya perhitungannya menurut Alah. Sesungguhnya tidak akan beruntung kaum kafir itu (Al Mukminun:117)

dan firman-Nya:
}وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا{(18) سورة الجن
 Dan sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah maka janganlah kalian seru bersama Allah seorangpun  (Jin:18)

seseorang disini mencakup semua makhluk baik itu rasul, malaikat atau orang saleh.
 
Sebab kesyirikan Kultus terhadap Orang-orang Sholeh

Dari sini kita ketahui bahwa kesyirikan hanyalah muncul pada keturunan Adam disebabkan kultus terhadap orang-orang sholeh.
Makna kultus: Keterlaluan dalam mengagungkan dengan ucapan maupun keyakinan. Oleh karena ini Allah berfirman:

}يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ وَلاَ تَقُولُواْ عَلَى اللّهِ إِلاَّ الْحَقِّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِّنْهُ فَآمِنُواْ بِاللّهِ وَرُسُلِهِ وَلاَ تَقُولُواْ ثَلاَثَةٌ انتَهُواْ خَيْرًا لَّكُمْ إِنَّمَا اللّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَن يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَات وَمَا فِي الأَرْضِ وَكَفَى بِاللّهِ وَكِيلاً{(171) سورة النساء
Wahai ahli kitab janganlah kalian melampui batas dalam agama kalian dan janganlah kalian menyatakan atas Allah melainkan yang hak. Sesungguhnya al Masih Isa bin Maryam hanyalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang ditiupkan kepada Maryam serta ruh dari-Nya (An Nisa:171)
Telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah dari Nabi saw. Aisyah berkata: Tatkala ajal turun kepada Rasulullah saw , melemparkan bajunya kewajahnya
Beliau bersabda dengan keadaan seperti itu :

[لَعْنَةُ اللهِ عَلَى اليَهُوْدَ والنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ يُحَذِّرِ مَا صَنَعُوا وَلَوْلاَ ذَلِكَ أُبْرِزَ قَبْرُهُ غَيْرَ أَنَّهُ خَشِيَ أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِداً] أخرجه الشيخان
 “ Allah telah melaknat orang-orang yahudi dan nasrani, mereka telah menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid “, Beliau mengingatkan akan apa yang mereka lakukan, kalaulah bukan karena itu dinampakkanlah kuburan nya, namun beliau khawatir akan dijadikan masjid.  ( dikeluarkan oleh Syaikhon )

     Dan terjadi hal-hal yang berlebihan dari mereka ( Ghuluw ) dalam syair-syair, sampai mereka memperbolehkan istighosah (meminta pertolongan) kepada Rasul dan seluruh orang-orang yang sholeh disetiap sesuatu yang mereka meminta pertolongan kepada Allah, dan mereka menisbatkan padanya ilmu ghaib,  sampai sebagaian orang yang berlebihan itu mengatakan : “ Rasulullah tidak wafat sampai beliau mengetahui apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi dan mereka menyalahi Al-Qur’an yang sudah sangat jelas.
} وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ {الأنعام 59
dan disisi-Nya kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya selain Dia”.  (Al-an’am 59)
dan Allah Berfirman :
} إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} {لقمان 34
Sesungguhnya di sisi Alloh saja Ilmu tentang terjadinya kiamat, Dialah yang menurunkan hujan, dan Dialah yang mengetahui apa-apa yang ada dalam rahim, tidak satu jiwapun yang mengetahui apa yang akan diusahakan besok hari dan tidaklah satu jiwa mengetahui di bumi mana dia akan mati sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui  (QS Luqman : 34)
Allah Berfirman mengabarkan tentang Rasul-Nya saw,
}قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ{(188) سورة الأعراف
Katakanlah aku tidak memiliki untuk diriku manfa’at dan juga tidak (menolak) bahaya kecuali apa yang dikehendaki Alloh, kalau aku mengetahui yang ghoib niscaya saya bisa memperbanyak kebaikan dan tidak terkena bahaya tiada lain saya melainkan pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira bagi kaum beriman
}قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ{ (65) سورة النمل
Katakanlah tidaklah ada yang mengetahui siapa-siapa yang berada di langit maupun di bumi kecuali Alloh dan tidaklah mereka sadar kapan akan dibangkitkan. (QS An-Naml : 65)




3-   Tauhid Asma’ dan Sifat.

Tauhid Asma’ dan Sifat adalah : mengesakan Allah dengan Nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya yaitu dengan menetapkan apa yang Allah tetapkan untuk Dzat-Nya, dari nama-nama dan sifat-sifat didalam kitab-Nya atau yang disampaikan melalui Rasul-Nya saw, dengan tidak mengubah (tahrif), atau meniadakan sama sekali (ta’thil), tidak mengandai-andaikan (takyif) dan tidak mengupamakan (tamtsil).
Dibawah ini disebutkan kaidah-kaidah tentang nama-nama dan sifat-sifat.

Kaidah pertama : Nama-nama dan sifat-sifat Allah yang baik (al-husna) semuanya sempurna. Firman Allah :
}لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ مَثَلُ السَّوْءِ وَلِلّهِ الْمَثَلُ الأَعْلَىَ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ {(60) سورة النحل
“ Bagi mereka mereka yang tidak beriman kepada hari akhir  perumpamaan yang buruk  dan bagi Allah perumpamaan yang tinggi  dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. An-Nahl 60
}وَلِلّهِ الأَسْمَاء الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُواْ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَآئِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ{(180) سورة الأعراف
“ Dan bagi Allahlah nama-nama yang indah maka memohonlah kamu dengan menyebut nama-namanya. Dan tinggalkanlah orang orang yang menyimpang di dalam nama-nama Allah, mereka akan dibalas apa-apa yang mereka lakukan “.
Al-A’raf 180
     Kaidah kedua :  Nama-nama dan sifat Allah merupakan Tauqifiyah, yang sumbernya dari  Al-Qur’an dan Sunnah saja,  nama dan sifat itu tidak terbatas dengan bilangan tertentu bahkan nama dan sifat itu tidak diketahui kecuali sebagiannya saja Allah Berfirman :
}قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُواْ بِاللّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَن تَقُولُواْ عَلَى اللّهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ{(33) سورة الأعراف
“ Katakanlah tiada lain yang diharamkan Robku yang buruk-buruk baik apa-apa yang nampak dan yang tersembunyi dan perbuatan dosa, perbuatan yang durhaka, denga tidak yang sebenarnya dan engkau mensekutukan Allah dengan apa-apa yang menurunkan kekuasaan dan engkau mengatakan aatas Allah apa-apa yang kamu tidak mengetahui ilmunya”. Al-A’raf 33
}وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً{سورة الإسراء
“ Janganlah kalian mengikuti apa-apa yang kamu tidak mengetahui ilmunya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati  semuanya itu bertanggung jawab atasnya “.   Al-Isra’ Ayat : 36
  Kaidah ketiga :  tidak diperbolehkan menetapkan nama atau sifat bagi Allah dengan mengumpamakan. Berdasarkan Firman Allah :
}لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ{ (11) سورة الشورى
“ Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat “. Asy-Syura 11
} فَلاَ تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ{(74) سورة النحل
“ Dan janganlah kalian membuat perumpamaan bagi Allah, sesunggunya Allah Maha Mengaetahui sedangkan kamu tidak mengetahui “.  An-Nahl 74
    
Sebagaimana tidak diperbolehkan juga meniadakan nama dan sifat bagi Allah yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah karena hal itu mensekutukan Allah, juga tidak boleh meniadakan seluruh nama dan sifat-Nya yang mengharuskan mengubah nash-nash, atau mendustakannya dengan mengurangkan kesucian Allah atau menyerupakan dengan makhluk yang serba kurang (tidak sempurna).
     Kaidah keempat :   Ma’na ma’na tentang nama dan sifat Allah sudah diketahui, sedangkan hakekatnya tidak diketahui dan tidak mengetahuinya selain Allah, Allah Berfirman :
} وَلاَ يُحيْطونَ به علماً {
“ Dan ilmu mereka tidak meliputi  “   Thaha 110
     Kaidah kelima : karena Allah menamakan Dzat-Nya dengan nama-nama yang digunakan oleh sebagaian dari makluq-Nya demikian juga Allah memberikan sifat bagi Dzat-Nya dengan sifat-sifat yang sifat itu digunakan oleh sebagian makhluq-Nya seperti mendengar dan melihat. Hal ini  tidaklah Pendengaran Allah seperti pendengaran makhluq, juga Penglihatan Allah seperti penglihatan makhluq.

   ◙  ◙  ◙  ◙

Hal-hal yang membatalkan Islam
     Sesungguhnya hal yang amat berbahaya dalam membatalkan Islam dan paling banyak tersebar ada sepuluh hal yaitu :
1-      Syirik dalam peribadatan pada Allah. Firman Allah :
}إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء { (48) سورة النساء
“ Sesunggunya Allah tidak mengampuni syirik kepadanya dan mengampuni dosa selainnya bagi siapa yang dikehendakinya “ An-Nisa’ 48
}إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ{      (72) سورة المائدة
“ Sesungguhnya siapa yang mensekutukan Allah maka sungguh Allah mengharamkan baginya Surga, dan tempat tinggalnya di neraka dan tidak ada penolong bagi orang-orang yang dholim “. Al-maidah 72
Dan termasuk hal itu adalah meminta pada orang yang sudah mati dan meminta pertolongan dengan mereka, bernadhar dan menyembelih korban bagi mereka.

2-      Siapa menjadikan antara dia dengan Allah perantara-perantara, kemudian berdo’a dan meminta syafa’at kepada mereka, dan bertawakal atas mereka, sungguh dia telah kufur menurut kesepakatan ulama,
3-      Siapa yang tidak mengkufurkan kaum musyrikin  atau ragu-ragu dalam kekufuran mereka atau membenarkan madzhab mereka, ia kufur.
4-      Siapa yang berkeyakinan ada petunjuk lain  yang lebih sempurna  dari petunjuknya Nabi saw, atau ada hukum yang lebih baik dari hukumnya Nabi, seperti orang-orang yang lebih mengutamakan thoghut dari pada hukumnya Nabi, sunguh dia telah kufur.
5-      Siapa yang benci sesuatu dari apa-apa yang dating dari Rasul saw, sekalipun dia mengamalkannya, sungguh dia tealah kufur. Berdasarkan Firman Allah :
}ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ{ (9) سورة محمد
      “ Hal itu karena mereka tidak suka terhadap apa yang diturunkan Allah, maka  terhapuslah amal-amal mereka :. Muhammad 9
6-      Siapa yang mempermainkan sesuatu dari agama yang dibawa Rasul saw, atau pahalanya atau siksaannya, sungguh ia telah kafir. Berdasarkan firman Allah :
}وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُونَ(65)لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ {(66) سورة التوبة سورة التوبة
“ Sesungguhnya kami hanyalah bersendau gurau dan main-main saja, katakanlah : “ Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasulnya kamu berolok-olok ?, Tidak usahlah kamu minta maaf, karena kamu kafir setelah beriman “.    At-Taubah 65-66
  7-  Sihir, dan yang termasuk didalamnya  sesuatu yang dijadikan orang benci atau mencintai seseorang, siapa yang melakukannya atau   rela dengannya, sungguh ia telah kufur dan dalilnya firman Allah Swt,
}وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ { (102) سورة البقرة
           “ Padahal Sulaiman itu tidak kufur (melakukan sihir), hanya syetan-syetan itulah yang kafir (mengerjakan sihir), mereka mengajarkan sihir pada manusia  apa-apa yang diturunkan pada dua Malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya  tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan : “ Sesungguhnya kami ini hanya cobaan bagimu, sebab itu  Janganlah kamu kafir “.  Al-Baqarah 102.
8-  Membantu kaum musyrikin dan memberikan pertolongan pada mereka atas kaum Muslimin. Hal ini  berdasarkan Firman Allah :
}يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ{ (51) سورة المائدة
Wahai Orang-orang yang beriman janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani sebagai wali (pemimpin, pelindung, teman akrab), sebagian mereka pemimpin sebagian yang lain. Barang siapa  diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin. Maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk pada orang-orang yang dhalim “. Al-Maidah 51.
7-      Siapa yang mengi’tiqadkan bahwa sebagian manusia boleh keluar dari syari’at Muhammad saw maka dia telah kufur. Berdasarkan firman Allah:
}وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ{ (85) سورة آل عمران
“ Barang siapa yang mencari Dien selain Islam maka tidak akan diterima, dan dia di Akherat kelak termasuk orang-orang yang merugi “. Alu-Imran 85.
8-      Berpaling dari agama Allah, tidak mau belajar dan tidak mengamalkannya, dan dalilnya dari Firman Allah : 

}وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنتَقِمُونَ     {سورة السجدة

“ Dan siapakah yang lebih dhalim dari pada orang-orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Robbnya, kemudian ia berpaling dari padanya ?, sesungguhnya Kami memberikan pembalasan terhadap orang-orang yang dhalim “.  As-Sajadah 22.

     Dan tidak berbeda antara orang yang melakukan ini dengan bermain-main, atau sungguh sungguh atau yang takut, kecuali orang yang dipaksa, berdasarkan Firman Allah :
}مَن كَفَرَ بِاللّهِ مِن بَعْدِ إيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإِيمَانِ وَلَكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ{ (106) سورة النحل
“ Dan barang siapa kufur kepada Allah setelah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman, akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah akan menimpanya dan baginya adzab yang besar “.   An-Nahl 106.
Dan semua hal diatas merupakan hal-hal yang paling berbahaya dan paling banyak terjadi, maka selayaknya bagi seorang Muslim untuk mewaspadainya dan takut menimpa atas dirinya.
Kita berlindung pada Allah dari hal-hal yang mendatangkan Murka Allah dan kepedihan adzab-Nya.


0 comments:

Post a Comment

Followers